DKM At Taqwa dan LPP AIK UMJ Selenggarakan Peringatan Nuzulul Quran

 

AIK News – Bulan Ramadhan menjadi salah satu momen besar bagi umat muslim. Bukan hanya karena ibadah puasa, tapi peristiwa besar bersejarah terjadi di bulan Ramadhan. Tepat pada 17 Ramadhan, Allah menurunkan wahyu pertama dan menjadikan Muhammad rasulNya. Peristiwa tersebut dikenal dengan Nuzulul Quran, hari Al Quran diturunkan dan membawa kita semua pada peradaban.

Untuk itu, DKM At Taqwa dan LPP AIK UMJ bekerja sama menyelenggarakan Peringatan Nuzulul Quran. Dr. Ma’mun Murod, M.Si., Rektor UMJ turut hadir memberikan tausyiah Nuzulul Quran. Bertempar di Masjid At Taqwa UMJ, tausyiah Nuzulul Quran digelar setelah salat tarawih berjamaah.

Ma’mun menjelaskan surat Al Alaq ayat 1 sampai 5 memiliki hikmah tersendiri. Islam mengajarkan manusia untuk membaca segala sesuatu dengan diikuti bismirobbikalladziikholq yakni ingat atas Allah SWT. Membaca bukan dalam arti yang sebenarnya, “itu penegasan ketika kita melakukan penelitian atau apapun, tidak bisa lepas begitu saja. Berbeda dengan barat, misalnya aksiologi, ontologi, yang namanya ilmu itu bebas nilai, dalam Islam tidak dibenarkan,” kata Ma’mun.

Islam tidak membenarkan ilmu bebas nilai. Dalam konteks pencarian ilmu, boleh bebas nilai. Namun pada penerapannya tidak boleh bebas nilai, melainkan terikat pada bismirobbikalladzii kbolaq. Ketika diterapkan barus ada nilai.

Selain itu membaca artinya bukan hanya membaca secara teknis melainkan lebih jauh lagi meneladani Al Quran. Allah menurunkan Al Quran untuk menjadi pedoman hidup. Sebelum Islam datang di tanah Arab yakni pada masa jahiliyah, tatanan sosial, budaya, ekonomi yang berlaku sangat tidak manusiawi. Misalnya soal perempuan yang dianggap aib, maka dari itu Al Quran hadir untuk membebaskan dan menjadi pedoman hidup.

Lebih lanjut Ma’mun menjelaskan 3 (tiga) hikmah turunnya Al Quran. “Pertama hudallinnaas, petunjuk bagi manusia. Ibnu Athiyah menyebutnya sebagai MoU, manusia membutuhkan petunjuk untuk menjalani kehidupan, “ kata Ma’mun.

Hikmah kedua, Al Quran sebagai penjelas. Al Quran menjelaskan secara rinci tentang kehidupan, tentang hukum, kisah-kisah masa lampau, perumpamaan dan berbagai pengetahuan. Hikmah ketiga, Al Quran sebagai al furqon atau pembeda.

Ma’mun juga mengingatkan pada jamaah, bahwa peristiwa di Bulan Ramadhan bukan hanya turunnya Al Quran tapi juga tentang lailatul qadar. “Harus dipahami bahwa lailatul qadar adalah bentuk rahman dan rahim Allah pada kita,” ungkap Ma’mun.

Terakhir, Ma’mun mengatakan, “semoga kita senantiasa hidup di bawah naungan Al Quran, tentu hidup kiranya jadi lebih hidup.” (DN)

Sumber: laman resmi umj.ac.id

Written by 

Tinggalkan Balasan